Objek Wiisata di Bali

Pura Tanah Lot

Terletak di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Jaraknya sekitar 13 km ke arah barat kota Tabanan. Dari Bandar udara Ngurah Rai dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam.

Dibangun pada dua tempat yang berbeda. Satu terletak di atas bongkahan batu besar, dan satunya lagi terletak di atas tebing yang menjorok ke laut mirip. 

Tebing inilah yang menghubungkan pura dengan daratan dan bentuknya melengkung seperti jembatan.

Pura ini merupakan bagian dari Pura Dang Kahyangan di Bali, sebagai tempat memuja dewa-dewa penjaga laut. Pura ini akan kelihatan dikelilingi air laut  pada saat air laut pasang. Di bawahnya terdapat goa kecil yang didalamnya ada beberapa ular laut yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, berwarna hitam berbelang kuning. Menurut cerita ular laut tersebut adalah jelmaan dari selendang perdiri pura yaitu seorang Brahmana dari Jawa yang mengembara ke Bali. Beliau adalah Dang Yang Nirartha. Ular itu diutus sebagai ular penjaga pura ini.


Pura Besakih

Merupakan pusat kegiatan upacara agama bagi umat Hindu di Bali, Pura Agung Besakih adalah sari Padma Bhuwana atau pusatnya dunia yang dilambangkan berbentuk bunga padma. Oleh karena itu Pura Agung Besakih adalah pusat untuk menyucikan dunia dengan segala isinya, dan merupakan salah satu objek wisata yang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan tempat wisata lainnya. Pura Besakih menjadi terkenal karena kompleks candi yang didirikan disana, sehingga dikenal sebagai Pura Utama di Bali
Pura Besakih terletak lereng Gunung Agung yaitu Gunung tertinggi di Bali, tepatnya di Desa Besakih, Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem, Bali.

Komplek Pura Besakih terdiri dari :
  • 1 Pura Pusat yaitu Pura Penataran Agung Besakih,
  • 18 Pura Pendamping yaitu 1 Pura Basukian dan 17 Pura Lainnya.
Di Penataran agung ini ada 3 Candi utama dan merupakan intisari dan seluruh bangunan suci (palinggih) yang ada di Pura Agung Besakih. Padmasana-Tiga adalah symbol dari istana tuhan sesuai dengan sifat Tri Murti yaitu Dewa Brahma sebagai Pencipta, Wisnu sebagai Pemelihara  dan Siwa sebagai Pelebur. Tempat wisata Besakih berasal dari zaman yang sangat tua, karena banyaknya peninggalan–peninggalan zaman megalitik, seperti menhir, tahta batu, struktur teras pyramid yang ditemukan di kompleks Pura Besakih.

Taman Wisata Alam Sangeh

 Taman Wisata Sangeh terletak di Desa Sangeh, Badung, Bali, sekitar 20km dari Denpasar.
Taman Wisata Alam Sangeh memiliki pesona wisata hutan yang banyak dihuni oleh ratusan kera. Kera-kera Sangeh dahulu memang dikenal sangat liar dan seringkali mengganggu para pengunjung. 


Kera Sangeh juga dikenal sangat jahil, karena seringkali mengambil barang-brang pengunung yang akan dikembalikan bila kera-kera tersebut diberi sepotong makanan. Namun sekarang kera Sangeh tidak lagi seliar dan sejahil dahulu, karena sekarang kera-kera tersebut telah diurus dengan baik.

Kera Sangeh juga memiliki beberapa kelompok yang masing-masing kelompok memiliki satu pemimpin. Namun kelompok-kelompok tersebut memilki pimpinan teringgi atau bisa dibilang raja dari seluruh raja kera yang ada di Sangeh. Pemimpin tertinggi ini berdiam ditempat yang paling luas di. Ditempat raja kera ini tinggal terdapat sebuah Pura Yang sangat terkenal kesakralannya yaitu Pura Bulit Sari.

Sebagian besar kawasan hutan wisata ini, menjadi tempat bermukim kera, hanya sebagian kecil saja yang dimanfaatkan para pengusaha untuk membuat beberapa kios tempat menjual beraneka ragam cinderamata.

 Persemayaman Trunyan

Agar bisa sampai ke kuburan Trunyan anda harus naik boat dengan jarak waktu sekitar 20 menit. Anda bisa menyewa boat seharga Rp. 400.000 yang bisa dinaiki hingga maksimum 7 orang.

Jenasah disini hanya ditidurkan dan hanya ditutup kain putih, dan bagian Jenazah terlihat hanya kaki dan kepala, dipagari dengan anyaman bambu yang ditancapkan berbentuk kerucut.
Keajaiban alam, jenazah jenazah yang ada diareal kuburan trunyan ini tidak menimbulkan aroma busuk, dan juga aman dari gangguan serangga seperti lalat, ulat, dan lainnya sebagaimana kita jumpai di daging busuk.

Desa Trunyan dikenal juga sebagai Desa Kayu Wangiyang artinya Desa Pohon Harum. "Itu artinya Pohon Nyan atau wangi. Jadi, kalau digabung Terunyan artinya adalah pohon yang wangi. Masyarakat setempat percaya bahwa pohon Trunyan bisa menyedot bau tak sedap mayat di tempat pemakaman.

Tidak semua orang bisa disemayamkan atau mapasah jenazah di kuburan Trunyan. Areal kuburan trunyan hanya dikhususkan untuk orang yang dianggap bersih diantaranya meninggal normal dan sudah menikah. Bila meninggalnya normal tapi belum menikah maka tidak boleh disemayamkan di areal kuburan trunyan. Begitu juga bila meninggal karena kecelakaan dan penyakit.